When you want something, all the Universe conspires in helping you to achieve it - Paulo Coelho, The Alchemist

Minggu, 30 September 2012

Shilla In Past 3


Pagi – pagi sekali, tepat pukul 06.20, Shilla sudah berada dikantin sekolah. Dengan secangkir teh panas menemani, dirinya mengusap kedua tangannya agar tetap hangat. Pagi yang masih hujan, Shilla malas untuk bergerak dari tempat duduk. Sesaat setelah meneguk teh panas, Shilla pun bersin dan tampak tengah terserang flu.
Cakra yang baru saja melewati kantin pun berjalan mundur ketika dirinya melihat Shilla yang sedang ada dipojokan tempat duduk di kantin. Cakra melepaskan jaket kain biru miliknya dan
kemudian menghampiri Shilla untuk memakaikannya.
“Cakra...” Ucap Shilla pelan dan membenarkan jaket kain yang dipakaikan Cakra.
“Kalau sakit harusnya dirumah. Hujan – hujan gini masih maksain buat sekolah” Kata Cakra sembari mengambil duduk disebelah Shilla.
“Gue ga apa – apa kok” Jawab Shilla pelan.
“Kemarin kamu kemana aja? Sampai bisa flu. Pasti kehujanan kan?” Tanya Cakra. Shilla melirik pelan.
“Biasa Cak...”
“Tapi Shill. Aku khawatir sama kamu. Aku ga mau kamu kenapa – kenapa. Aku Cuma...” Shilla mendekatkan jari telunjuknya tepat dipangkal bibir Cakra.
“Cakra. Lo sayang sama gue kan?” Tanya Shilla. Cakra meraih tangan Shilla menjauh dari bibirnya dan kemudian menggengam erat tangan Shilla untuk tetap hangat.
“Gue juga sayang sama lo. Apapun yang gue lakukan. Gue ga akan sia – siakan kekhawatiran elo ke gue” Lanjut Shilla. Cakra pun tersenyum simpul pada Shilla.
Tiba – tiba suara seseorang berdehem terdengar jelas.
“Masih pagi udah pacaran. Cakra.. kamu lupa hukuman kemarin. Masih mau nambah??” Tanya Pak Andri. Cakra pun melepaskan tangan Shilla dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

###

Di Perpustakaan, Vian sibuk dengan sebuah buku yang judulnya cukup menarik. “Evolusi Manusia dan Cinta”. Jika melihat Vian sedang sibuk membaca buku begitu, pasti dirinya sedang jatuh cinta.
“Vian. Tumben baca buku kaya gini?” Tanya Shilla menghampirinya. Tangan jahil Shilla merebut buku yang dibaca Vian. Tapi Vian tetap tidak bergeming. Usut punya usut. Dibalik buku yang dibaca Vian, terdapat Blackberry.
“Yeee gue kira lo ngebaca. Ternyata sibuk BBM-an. Sama siapa??” Tanya Shilla penasaran sambil mendelik berusaha mendapat apa yang sedang tertampil di layar Blackberry Vian.
“Apaan sih Shill. Ini gue lagi baca status twitter Adit. Kayanya dia lagi main di negeri dongeng kali ya” Ucap Vian yang menutupi layar BBnya dengan tangan untuk menghindari lirikan Shilla.
Karena penasaran, Shilla mengeluarkan BBnya dan mengecek twitter Adit.
Aditya Herman Stevanus @AditHStev
Putri bukit... What happen with you??
Aditya Herman Stevanus @AditHStev
Gue tungguin lo malam ini Putri Bukit. Masih banyak yang pengen gue ceritakan.
Shilla hanya tersenyum ketika membaca tweets Adit. Sepertinya, Shilla terbawa ke dalam negeri dongeng Adit seperti yang dikatakan Vianka. Bersin mewarnai suasana perpustakaan yang cukup sunyi suara. Adit yang baru saja lewat di depan perpustakaan pun berhenti ketika mendengar Shilla yang sedang bersin – bersin. Semua mata tertuju pada Shilla. Mereka merasa terganggu dengan suara bersin Shilla.
“Oh,.. ternyata semalam itu ada yang lagi pacaran sama Cakra sampai larut, hujan dan sakit. So sweet banget ya” Ledek Adit yang sedang berdiri menyingkap kedua tangannya di depan dada dan bersandar dipintu perpustakaan.
“Kalau ngomong jaga dong. Semalam itu kan gue lagi sama....” Shilla yang sudah kadung kesal dengan ledekan Adit pun berhenti ketika dirinya hampir membocorkan kejadian semalam.
“Kashilla. Lo ga boleh bilang kalau lo itu Putri Bukit. Ga boleh...” Ucap Shilla dalam hati. Untuk menghindari pertanyaan atas bersama siapa dirinya pergi semalam, Shilla mengambil buku yang dibaca Vian dan dilemparkannya ke arah Adit.
Buru – buru, Adit menghindar dari lemparan Adit. Ibaratkan senjata makan tuan. Begitulah yang terjadi dengan Shilla. Pak Andri yang baru saja lewat terkena lemparan buku Shilla tepat dibelakangnya.
“Pak Andri, Shill...” Sebut Vian terputus ketika Pak Andri mulai melirik ke dalam perpustakaan.
“Shilla, Pak! Dia yang ngelempar!” Teriak Adit yang menjulurkan lidahnya untuk mengejek Shilla yang sudah apsti dihukum.
“Kashilla Putri! Sekarang juga, kamu sapu becek yang ada di lapangan basket!” Teriak Pak Andri dengan suara lantang. Guru yang satu ini terkenal Killer karena dirinya tidak pernah bertanya dengan jelas alasan dan apa yang sedang terjadi. Jika didapatinya murid – murid yang berada di sekitarnya dan yang paling di curigainya pasti tidak akan luput dari hukuman.
Dengan tatapan sinis, Pak Andri pun mengambil buku yang dilempar Shilla dan di serahkannya pada Adit untuk dikembalikan. Kemudian Pak Andri pun pergi meninggalkan perpustakaan.
“Kasian banget lo.. haha” Adit mengembalikan buku tersebut di meja dan berlari pelan meninggalkan perpustakaan juga.
“Yahh Shilla, gue ga bisa bantuin lo bersihin lapangan. Abis ini gue harus pergi cari yang lain. Masih ada tugas kelompok yang belum selesai” Ucap Vian dengan wajah sedikit memelas.
“Lagian kan hukuman gue. Ga apa – apa kok. Awas aja tuh anak. Kalau ketemu gue lagi, abis gue kerjain!” Kata Shilla sebal.

###

Dilapangan Basket yang becek dan dikotori oleh daun – daun yang berguguran membuat Shilla kesulitan membersihkan lapangan. Dengan mulut yang terus mencibir, dirinya mulai menggerakan sapu.
“Adit.. kenapa waktu di bukit itu lo itu menyenangkan. Dan kenapa juga disekolah, lo itu menyebalkan. Masa lo ga tau sih kalau gue itu Putri Bu....” Cibiran Shilla terhenti ketika seseorang dari belakangnya meraih sapu yang masih ada ditangan Shilla. Cukup lama tangan itu menggenggam tangan Shill yang sedang memegang sapu.
Karena penasaran, Shilla berbalik badan untuk memastikan siapa sosok tersebut. Wajah Shilla terlalu dekat dengan sosok tersebut.
“Sorry” Ucap Shilla singkat.
“Kok Sorry sih??” Tanya sosok tersebut yang ternyata Cakra.
“Iya.. maaf kalau gitu” Kata Shilla sedikit malu dan menundukan kepalanya. Sesekali Shilla bersin dan menggosok hidungnya yang sepertinya sedang berair.
“Kamu itu lagi sakit. Sini biar aku yang bersihin lapangan ini. Kamu cukup berdiri manis disini” Cakra mengambil alih sapu yang dipegang Shilla kini. Entah bermimpi apa, setiap Shilla berada di kesulitan, Cakra selalu muncul sebagai pahlawannya. Sudah tidak bisa dihitung pertolongan Cakra pada Shilla. Sosok Cakra adalah sosok yang cukup dibanggakan Shilla. Apalagi Shilla berhasil mengikat Cakra yang pasalnya adalah senior yang cukup disegani dan ditaksir banyak wanita.
“Alah. Bilang aja pengen pacaran” Ucap seseorang dari ats pohon didekat lapangan basket.
“Hei! Ngapain kamu diatas pohon. Turun ga??” Ucap Cakra pada Adit. Sosok Cakra memang membuat Adit sedikit segan. Dengan segera Adit turun dari pohon dan dengan sengaja lewat di antara Cakra dan Shilla.
Dengan sedikit melotot pada Shilla, Adit sengaja menginjak kaki Shilla.
“Ini baru sakitnya ga pura – pura” Ucap Adit usil da cekikikan kemudian berlari pergi.
“Aduh!! Sialan lo! Awas aja gue bales baru tau rasa lo!!” Caci Shilla yang menahan kesakitan dan hampir jatuh diatas lapangan yang licin.
Cakra pun segera mengecek Shilla.
“Ada yang luka?? Temen kelas kamu memang sengaja ngerjain kamu. Kalau dia berani sama kamu, bilang ke aku aja Shill” Ucap Cakra cukup perhatian pada Shilla.
“Gue oke aja kok. Memang Adit itu usil dari dulu” Ucap Shilla memastikan dirinya baik.
“Ehmm. Shilla. Nanti malam, aku temenin kamu ya. Di rumah kamu kan ga ada siapa – siapa. Om dan tante kamu lagi di luar kota kan? Aku takut kalau sakit kamu tambah parah, ga ada orang disamping kamu”
“Cakra. Lo itu udah baik sama gue. Lagian gue Cuma flu biasa. Dan dirumah aku itu ada mbok nah – Pembantu dirumah Shilla. Dan ada supir, juga ada satpam. Jadian lo tenang aja” Jawab Shilla berusaha membuat Cakra tenang.
“Tapi.. atau aku manggil Vian. Aku minta tolong sama Vian buat nginap dirumah kamu” Ucap Cakra yang tetap aja tidak tenang.
“Cakra! Lo terlalu over ga sih? Gue ga apa – apa. Lagian udah berapa kali sih gue bilang, kita masih bisa ketemu kan di sekolah. Ga dimalam hari!” Ketus Shilla. Shilla yang memasang wajah kesal dan emosi pun pergi meninggalkan Cakra di tengah lapangan basket sendirian.
“Kenapa sih Shill. Kenapa kamu  ga pernah kasih kesempatan ke aku buat temenin kamu. Di sore dan malam hari. Apa... selama ini.. selama ini hubungan kita Cuma sebatas status dan sebatas waktu??” Cakra mengeluh pelan. Dirinya bingung dengan hubungannya dengan Shilla. Sikap Shilla memang terasa aneh di mata Cakra.
Dimata Cakra, Kashilla Putri adalah seorang yang cantik, baik, heboh dan karismatik diantara siswi – siswi di sekolah. Dibalik itu, Shilla hanya jalan dengan Cakra di pagi dan siang hari. Tidak dengan malam hari. Tidak ada BBM, telepon, SMS, jalan – jalan, belajar bareng bahkan sekedar mengucapkan Selamat Tidur saja butuh perjuangan bagi Cakra.
Cakra yang teramat sayang pada Shilla pun terus bersabar. Dirinya berusaha menerima Shilla apa adanya. Tetapi semakin hari, Cakra menyadari bahwa Shilla menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Sesuatu yang mungkin tidak akan diketahui Cakra sampai kapanpun. Mungkin saja Viankan tahu. Tapi bahkan dari Vian pun, Cakra cukup sulit untuk mengetahui rahasia apa yang terjadi pada Shilla.
###
Kelas XI IS-2 mulai ramai. Hujan kemarin masih membuat anak – anak malas untuk mengikuti pelajaran yang akan dimulai 15 menit lagi. Seseorang dengan tas merah yang tergantung dibahunya membuat suasana kelas yang malas berubah. Termasuk Shilla, Vian dan Adit. Semua perhatian anak – anak kelas 2 ini tertuju pada sesosok gadis tersebut.- Vira namanya.
“Guys!! Lusa datang ke party gue. Gue ulang tahun. Dan gue mau kalian semua datang. Ga ada yang boleh absen! Dan.. ada slow dance lho nanti” Teriak Vira riuh. Beberapa siswa yang senang karena akan ada party pun bergendang meja.
“Eh.. kalau absen gimana?” Tanya Shilla pada Vira setelah sebelumnya, lagi dan lagi Shilla bersin.
“Kalau ga datang gue ga bakal temenan sama orang itu lagi!” Ketus Vira sedikit emosi.
Vira adalah cewe riang dan galak. Dan jika ada teman – temannya yang mengindahkan perkataannya, maka sumpah serapah pun dikenakannya pada teman yang membuatnya marah. Seluruh anak anak kelas pun takut pada Vira.
Hal ini membuat Shilla agak malas menghadiri party Vira. Vian pun menyikut pelan bahu Shilla dan menyuruhnya agar tidak berkomentar banyak.
“Vira! Gue ga ikut ya. Gue ada acara.” Ucap Adit sembari bangkit dari bangku duduknya. Vira melirik ke arah datangnya suara. Vira menatap tajam ke arah Adit dan memasang wajah yang cukup serius.
“Ga bisa di pending acara ga penting lo??” Tanya Vira dengan menyipitkan matanya.
“Ga bisa. Untuk malam ini, besok, besok lusa dan seterusnya, acara gue padat. Padat banget malah. Jadi sorry ya. Gue ga bisa ikut.” Jawab Adit yang terkesan menantang Vira. Vira pun menggebrak meja.
“Terserah lo sih. Awas aja kalau lo ga datang lusa nanti.” Tandas Vira yang kemudian berjalan menuju tempat duduknya. Adit hanya melongos dan menggelengkan kepalanya.
“Sok sibuk banget lo dit!!” ledek salah seorang siswa.
“Bilang aja lo pengen ketemu Putri Bukit lo!!” lanjut siswa tersebut lagi disertai sorakan teman – teman sekelas Adit.
Shilla yang tau bahwa Putri Bukit yang dimaksud adalah dirinya hanya diam dan bertindak seolah tidak mengetahui apapun.
###
Malam penuh bintang menghiasi hamparan langit gelap. Seberkas sinar tersimpan disudut langit dan ternyata adalah bulan. Adit duduk diatas rumput – rumput basah dan menerawang jauh kebawah. Lampu – lampu perkotaan tersorot dari atas bukit tempat Adit duduk. Malam ini, Adit terkesan mencuri start dahulu untuk tiba dibukit. Sesekali Adit melirik ke arah jam tangannya.
Seseorang yang di tunggu – tunggu Adit akhirnya datang. Putri Bukit – Shilla dengan topi putih pun mengambil duduk disebelah Adit.
“Kenapa kamu selalu disini belakangan ini??” Tanya Shilla.
“Putri Bukit? Emangnya disini ada larangan buat aku ga boleh disini??”
“Baru ketemu beberapa kali, kamu udah berani pakai kata – kata larangan aku.”
“Maaf deh. Oh iya, lo kemarin itu kenapa? Tiba – tiba teriak dan pergi gitu aja.” Tamya Adit. Pertanyaan Adit membuat Shilla terbungkam dan berusaha untuk mengatur nafasnya yang tiba – tiba memburu.
“Eng... engga. Aku ga.. aku ga apa – apa.” Jawab Shilla disertai hembusan nafas panjang.
Suasana bukit yang sunyi membuat Adit mendengar hembusan nafas Shilla. Dirinya merasa aneh terlebih lagi Shilla bersin.
“Lo lagi sakit??” Tanya Adit.
“Eng... engga kok. Aku Cuma.. Cuma flu biasa” Jawab Shilla berusaha tenang.
“Kamu bisa berhenti tanya ini itu ke aku??” Tanya Shilla kemudian.
“Oh.. kalau lo merasa terganggu maaf ya. Soalnya gue lagi senang. Karena.. gue bisa berteman sama lo. Gue senang karena gue punya teman. Punya teman untuk cerita. Bukan teman berantem dan teman korban keusilan gue. Kita teman kan??” Tanya Adit sembari mendekatkan kelingkingnya ke arah Shilla. Harapan inign berkait jari sangat terpampang jelas di wajah Adit.
“Kita berteman??” Tanya Adit lagi. Shilla menatap jari kelingking Adit beberapa detik.
Dengan senyuman, Shilla pun mengaitkan kelingkingnya dengan kelingking Adit. Jurang yang membuat jarak Adit dan Shilla seolah terpaut kembali. Tapi ini semua hanya dari sudut pandan Shilla. Adit tidaklah mengetahui siapa sosok Putri Bukit yang berada di depannya. Seseorang yang merupakan musuh terbesarnya di sekolah.
“Waktu akan membawa kamu untuk punya teman. Hati kamu yang akan menuntun kamu untuk berusaha baik dengan orang yang katanya ga perduli sama kamu.” Ujar Shilla sembari melepaskan kelingkingnya dari jari kelingking Adit.
“Kenapa gue harus baik sama orang yang ga perduli gue?” Adit bertanya penuh semangat.
“Karena orang yang bilang ga perduli sama lo itu mungkin aja ngerasa sebal karena sikap kamu yang jahil. Dan mereka memilih untuk benar – benar ga perduli sama kamu” Jawab Shilla.
“Kenapa lo tau kalau gue itu usil??” Tanya Adit lagi. Shilla melirik Adit sejenak. Dirinya merasakan bahwa Adit sebenarnya adalah orang yang ramah dan baik.
“Karena kamu sendiri yang bilang, kalau kamu senang bukan dengan teman korban keusilan kamu..” Jawab Shilla lagi. Kali ini Shilla memasang wajah datar.
“Oh.. gitu. Huh!! Senang banget ya kalau jadi elo. Lo itu tau menjawab semua pertanyaan gue.” Ucap Adit sembari merebahkan tubuhnya diatas rumput dan mengadahkan kepalanya melihat hamparan bintang.
“Kamu salah besar Dit. Kamu ga tau kan, kamu ga tau kalau aku ga bisa jawab pertanyaan aku sendiri. Kenapa aku bisa hidup dengan masa lalu yang begitu pahit. Mungkin takdir.. atau mungkin yang aku kira selama ini. Aku penyebab semuanya.” Lagi – lagi terjadi pergolakan batin. Butir air mata jatuh dari manik mata Shilla.
“Engga kaya bokap nyokap gue. Jawabannya ga jelas. Tapi gue seneng punya bonyok yang baik kaya mereka. Keluarga kecil yang bahagia. Hehe” Cerita Adit membuat Shilla semakin pedih.
Perlahan, Shilla mulai menangis dalam kedua tangan yang terbentang di atas kedua lutunya.
“Oh iya, lo itu...”
Adit berhenti berbicara ketika dilihatnya Shilla yang sedang tertunduk. Adit pun bangkit dari tidur dan mengambil posisi duduk yang lebih dekat dengan Shilla.
“Hei.. lo kenapa? Gue ada salah ngomong??” Tanya Adit. Shilla hanya diam tanpa menjawab Adit kali ini.
Adit pun berpikir dan memutar otaknya. Diraihnya Ipod dari saku celananya. Sebuah lagu milik David Archuleta berjudul “Touch My Hand” diputar Adit.

Saw you from a distance
Saw you from the stage
Something about the look in your eyes
Something about your beautiful face


Dengan segenap keberanian yang dikumpulkannya, Adit mengulurkan tangan kanannya pada Shilla dan tangan kirinya meletakan Ipodnya diatas rumput beralaskan daun kering yang ditemukannya disekitar tempat Adit duduk tadi.

In a sea of people
There is only you
I never knew what the song was about
But suddenly now I do

Musik yang terus berputar menyadarkan Shilla. Dengan buru – buru, Shilla menghapus air matanya.
“A.. Adit.. Adit ngajak aku slowdance?? Adit yang aku benci. Adit temen berantem aku??” Ucap Shilla dalam hati. Beribu perasaan bercampur menjadi satu. Entah dirinya harus meraih tangan Adit dan slowdance bersamanya atau malah pergi dari bukit segera.
Suatu perasaan aneh mendorong tangan Shilla untuk menyentuh tangan kanan Adit yang sudah menunggu sedari tadi.

Trying to reach out to you, touch my hand
Reach out as far as you can
Only me, only you and the band
Trying to reach out to you, touch my hand

Can’t let the music stop
Can’t let this feeling end
‘Cause if I do, it’ll all be over
I’ll never see you again

Can’t let the music stop
Until I touch your hand
‘Cause if I do, it’ll all be over
I’ll never get the chance again
I’ll never get the chance again
I’ll never get the chance again


Kedua tangan mereka mulai terpaut dan terbawa suasana dimalam itu. Tangan kiri Shilla menyentuh bahu Adit. Dengan keringat dingin dan rasa gugup yang disembunyikan Adit, dia berusaha untuk memeluk pinggang Shilla erat.

I see the sparkle of a million flashlights
A wonder wall of stars
But the one that’s shining out so bright
Is the one right where you are

Trying to reach out to you, touch my hand
Reach out as far as you can
Only me, only you and the band
Trying to reach out to you, touch my hand


“Maaf ya. Gue ga tau kata – kata gue yang mana yang buat lo sedih.” Bisik Adit ke telinga kiri Shilla.
“Mungkin aku yang terbawa perasaan. Kamu ga salah...” Ucap Shilla dengan wajah yang masih tertunduk.
Angin tiba – tiba saja mengibas kencang ke arah mereka. Musik mengalun semakin jauh.

Can’t let the music stop
Can’t let this feeling end
‘Cause if I do, it’ll all be over
I’ll never see you again

Can’t let the music stop
Until I touch your hand
‘Cause if I do, it’ll all be over
I’ll never get the chance again
I’ll never get the chance again


Saw you from the distance
Saw you from the stage
Something about the look in your eyes
Something about your beautiful face

Can’t let the music stop
Can’t let this feeling end
‘Cause if I do, it’ll all be over
I’ll never see you again


Shilla memejamkan matanya merasakan angin yang datang.
“Sampai sekarang. Gue belum ngeliat wajah lo dengan jelas. Tapi kenapa gue ngerasa, jantung gue berdegup kencang dan kencang banget. Lo cantik Putri Bukit...” Gumam Adit sembari mendekatkan tanganya ke wajah Shilla. Adit menghapus sisa butir air mata yang masih membasahi mata Shilla.
Can’t let the music stop
Until I touch your hand
‘Cause if I do, it’ll all be over
I’ll never get the chance again
I’ll never get the chance again
(Reach out to you, touch my hand)

“Shill.. kamu harus berhenti. Buka mata kamu. Dia Adit. Adit yang setiap hari ngerjain kamu dan buat hidup kamu itu susah.” Shilla semakin erat memejamkan matanya. Melawan kata hatinya sendiri. Shilla seakan lemah berada dipelukan Adit dan slowdance bersamanya.

I’ll never get the chance again
(Reach out as far as you can)

I’ll never get the chance again
(Only me, only you and the band)
Trying to reach out to you, touch my hand, yeah


Adit semakin penasaran dengan Putri Bukit yang membuat jantungnya berpacu tanpa jeda. Dengan lembut, Adit membuka topi yang dikenakan Shilla.
“Gue ingin liat wajah lo dari dekat.” Bisik Adit lagi.
Tiba – tiba saja lagu tersebut selesai. Shilla pun membuka matanya dan menahan tangan Adit yang hampir saja berhasil membuka topinya.
“Gitu aja? Cuma gitu?? Arrgghh. Lagunya habis?” Ucap Adit dalam hati dan merasa kesal.
“Ehm.. lagunya habis.  Kayanya aku harus balik duluan.” Ucap Shilla yang kemudian melepaskan pelukannya dari Adit.
“Thanks buat malam ini...” Ucap Shilla lagi dan kemudian terburu – buru untuk pergi.
Adit hanya menggeleng kepala karena tidak berhasil melihat Putri Bukitnya dengan jelas. Dengan rambut tergerai indah.

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar