“Ice Cream In Love” Judul sebuah buku yang sedang dibaca
Shilla. Lembaran demi lembaran dibaca hingga lembaran terakhir. Butuh sehari saja
bagi Kashilla untuk menyelesaikan buku pemberian seseorang yang sangat berarti
baginya. Bukit belakang sekolah yang menemani setiap detik dan menit dalam
menyelesaikan halaman per halaman dari novel tersebut.
Seseorang datang menghampirinya. –Cakra, Pacar Kashilla-
Cakra memberi secangkir ice cream cup pada Kashilla.
“Ice Cream buat kamu” Kashilla menutup kembali novel tersebut
dan menerima ice cream dari Cakra.
“Makasih ya” Ucap Kashilla.
“Kamu bosen ga sama ice cream yang aku kasih ke kamu?” Tanya
Cakra sembari menikmati ice cream miliknya.
“Aku akan suka dengan apa yang kamu suka, Cak” Jawab Shilla
tersenyum segaris.
“Kalau gitu, kamu tau ga kenapa aku suka banget sama Ice
Cream? Dan kenapa, aku suka ngasih kamu ice cream??”
Shilla terdiam sejenak. Tidak berusaha berpikir keras,
Shilla pun
menggeleng kepala tanda tidak tahu maksud dari Cakra. Dengan penuh
perasaan, Cakra meraih tangan Shilla dan mendekatkan tangan Shilla ke bahunya.
“Ice Cream itu dingin. Menenangkan kita sewaktu panas,
amarah dan emosi. Ice Cream itu manis, membuat pahit dalam perjalanan kasih
kita hilang dan berubah jadi indah. Aku janji, akan selalu ngasih kamu Ice
Cream” Cakra menjelaskan satu per satu kata membentuk kalimat yang ada
dihatinya. Tulus menyayangi Shilla dan bersedia menemani Shilla selamanya.
Shilla hanya tersenyum tanpa ekspresi yang terlalu over
mendengar penjelasan Cakra.
“Aku juga akan makan Ice Cream dari kamu, dan selalu membaca
novel ini berulang – ulang” Ucap Shilla sembari menunjuk novel yang sedaritadi
digenggamnya.
###
Shilla terlihat berlari kencang melewati satu per satu lorong sekolah untuk sampai dikelasnya. Ketika terlihat papan nama bertuliskan ‘XI IS-2’ yang tergantung diatas pintu kelas, Shilla semakin mempercepat langkahnya hingga berhenti tepat didepan pintu kelasnya.
Seseorang yang juga terjebak dalam keburu – buruan tanpa
sengaja menabrak Shilla yang tiba – tiba berhenti mendadak. Adit, Namanya.
Layaknya langit dan bumi yang tak pernah bersatu, setiap pertemuan mereka
diawali dan diakhir pertengkaran.
“Kashilla!! Ngapain sih lo berhenti disini mendadak!! Pak
Andri udah mau datang!” Bentak Adit keras dan geram dengan Shilla.
“Dodol banget lo! Pak Adit-nya udah didalam. Makanya gue
berhenti disini!” Shilla pun menarik telinga Adit dengan sengaja.
Adit tampak tidak menerima dan menginjak kaki Shilla dengan
kuat. Berakibat Shilla berteriak dan membuat Pak Andri, guru yang ditakuti
seluruh SMA Karya Bangsa keluar dari ruangan kelas.
Sebuah kibasan rotan berbunyi keras di dinding pintu. Adit
dan Shilla pun kaget dan saling tuduh – tuduhan.
“Ini salah Adit pak! Dia itu ga ngasih saya masuk” Tuduh
Shilla.
“Apaan? Engga pak. Shilla bohong. Dia itu yang ga ngasih
saya masuk. Dia ngajak saya cabut dan bilang pelajaran bapak itu membosankan”
Adit malah balik menuduh Shilla.
“Saya tidak mau tau. Telat satu menit, silahkan ambil dua
ember air buat masing – masing dari kalian di wastafel wc belakang. Kemudian
berdiri didepan tiang bendera dengan kaki kanan diangkat hingga pelajaran saya
berakhir. Sekarang!!!”
Adit dan Shilla masih saja saling tuduh menuduh. Tetapi tak
ada seorang pun dari mereka yang berani untuk melakukan protes. Dengan terpaksa
mereka menjalankan apa yang diperintahkan Pak Andri.
###
Suasana lapangan yang cukup terik dengan waktu pukul 11.45
saat ini membuat keringat terus bercucuran. Hanya ada beberapa siswa yang
sedang berlalu lalang pada saat jam pelajaran menjelang makan siang tersebut.
Shilla dan Adit cukup penurut ketika harus berdiri mengangkat dua ember air
dengan kaki kanan diangkat. Sering kali mereka meletakan kembali kaki mereka
untuk mergangkan otot – oto yang terasa kaku.
“Aduhh! Lama banget sih 15 menit!” Gerutu Shilla yang sudah
tidak sabar menyelesaikan hukuman yang di beri Pak Andri.
Adit hanya melirik sinis pada Shilla yang menurutnya radio
rusak. Sepanjang hukuman hanya Shilla yang terus mengomel tak keruan.
“Lo itu ribut banget sih. Udah laper, masih aja ngomong ga
penting” Cibir Adit.
“Semua gara – gara lo tau ga! Kalau engga, sekarang gue lagi
ngikutin pelajaran Geografi dan menunggu jam makan siang!” Balas Shilla yang
lagi – lagi menyalahkan Adit.
“Kalau mau santai dikelas, datangnya jangan telat. Udah tau
bel istirahat udah bunyi, masih aja ga mau masuk kelas!” Ucap Adit.
“He! Kalau ngomong biasa aja. Lo sendiri aja ga masuk kelas.
Jelas – jelas udah bel bunyi masuk. Jadi cowo ga usah gengsi. Bawa cermin,
kalau perlu biar gue yang beliin buat lo! Buat ngaca!” Balas Shilla dengan
wajah masam dengan keringat yang bercucuran.
Adit tidak menggubris Shilla lagi kali ini. Dirinya
meletakan kedua ember ditanah lapangan basket yang berada tepat didekat tiang
Bender. Terlihat Adit tengah merogoh sesuatu disaku celananya.
Tiba – tiba saja, Adit menyeka wajah Shilla yang bercucuran
dengan sapu tanga yang ada disaku celananya.
“Cewe itu ga boleh kena panas. Setau gue, kulit cewe itu
sensitif banget. Apalagi kena panas”
Shilla tersontak kaget dan perlahan melirik Adit yang
menurutnya agak lebay kali ini. Kelakuan Adit yang membuat Shilla agak males
langsung saja menyiram air yang ada didalam ember yang sedang dipegang Shilla
ke badan Adit. Bukan satu ember, tapi dua ember sekaligus.
Tanpa berkata apapun, Adit menjatuhkan sapu tangan yang
digunakannya. Kesal karena diguyur air, senang karena dirinya adem. Membuat
Adit speechless.
“L.. Lo...”
Shilla pun tertawa puas dan tanpa henti. Hingga suara
berdehem dari seseorang yang terdengar. Buru – buru Shilla mengambil kedua
ember yang berisi air milik Adit dan meengangkat kaki kanannya.
“Itu.. ember..”
“Aditya! Saya sedang menghukum kamu! Kenapa kamu malah
mengguyur badang kamu dengan air itu!!” Teriakan nyaring Pak Andri membuat Adit
semakin kesal.
“Pak.. itu.. ember saya itu..”
“Iya Pak, Adit itu tadi main – main air. Malah dia mau
nyiram saya juga pake air saya” Shilla menahan tawa penuh kemenangan karena
sudah menukar embernya yang kosong air dengan ember Adit yang masih penuh
dengan air.
“Kashilla, kamu sudah bisa bebas dari hukuman. Dan kamu
Aditya, kamu akan disini sampai jam pulang sekolah!” Imbuh Pak Andri yang
kemudian berlalu pergi untuk makan siangnya.
“Tunggu aja pembalasan gue!” Ancam Adit dengan penuh dendam.
Shilla masih saja tertawa hingga memegang perutnya untuk
menahan sakit. Tanpa sengaja dirinya menginjak sapu tangan Adit yang ada
ditanah lapangan. Sedikit tertunduk Shilla melihat kebawah dan meraih sapu
tangan Adit.
“Gue masih berperasaan, jadi gue akan cuci sapu tangan ini”
Shilla pun mengambil sapu tangan Adit kemudian menjulurkan lidahnya pada Adit
dan berlari pergi keluar dari lapangan.
“Perhatian salah, ga perhatian salah. Awas aja Vian. Ngasih
gue ide tolol gini. Harusnya gue ga percaya sama Vianika yang jelas – jelas
sahabatnya dan sekomplotannya Kashillas” Ucap Adit tampak kesal dan kepanasan.
Sesekali dirinya menyeka wajahnya dengan lengan baju seragam putihnya.
Usut punya usut, Aditya ingin hidup damai tanpa bermusuhan
dengan siapapun di sekolah ini. Pasalnya, dari awal masuk SMA hingga duduk
dikelas 2, dirinya selalu bermusuhan dan ribu dengan orang – orang yang baru
dikenalnya. Tapi, keributan yang dibuat Adit selalu berujung persahabatan.
Dengan karakter yang hobi ngajak ribut, ternyata Adit seorang pria yang
friendly.
Keinginannya ingin berbaikan dengan Kashilla sangatlah
susah. Mereka bagai anjing dan kucing yang disatukan dalam kandang XI-2 Ilmu
Sosial.
###
Dikanting sekolah penuh dengan siswa – siswi yang tengah
berburu makan siang. Termasuk didalamnya, Shila, Vianika dan juga Cakra. Vianika
adalah sahabat Shilla dari SD kelas 5. Sosok yang cerewet, baik tomboy dan suka
ceplas ceplos kalau ngomong sudah seperti lem dan perangko yang saling
berkaitan dengan amplop surat. Sementara, Cakra adalah kekasih dari Shilla.
Kita sedikit bercerita dulu tentang hubungan Cakra dan
Shilla. Mereka sudah menjalin hubungan sekitar 1 tahun lebih. Pada saat itu,
Cakra yang duduk dikelas satu tingkat lebih tinggi dari Shilla dan Vianika yang
juga kebetulan panitia Ospek minta maaf pada mereka berdua karena sudah jahil
pada masa orientasi tersebut. Perlahan hubungan persahabatan mereka bertiga
berubah jadi kisah cinta Shilla dan Cakra.
Di bukit belakang sekolah, tempat yang suka didatangi Shilla
menjadi saksi cinta mereka. Cakra menyatakan cintanya pada malam hari yang
dingin dengan kembang api yang indah membentuk tulisan bunga api ‘Love Shilla’
membuat Shilla kagum dan menerima pernyataan cinta Cakra.
Itulah beberapa cerita masa lalu mereka. Hingga saat ini,
mereka belum pernah bertengkar karena hal sekecil apapun.
Kembali ke kantin yang riuh. Cakra membawa talenan yang
berisi tiga mangkuk bakso yang masih panas dan mengambil tempat duduk dipojok
kantin. Shilla dan Vian sudah menunggu disana.
“Thanks Cakra” Ucap Vian yang mengusap kedua tangannya dan
menikmati aroma bakso yang sudah mengejek perutnya yang sedang lapar. Dengan
semangat Vian menyantap bakso tersebut.
Pikiran Cakra pun terbesit keinginan untuk jail. Diambilnya
bakso dari mangkuknya kemudian menyodor paksa ke mulut Vian yang masih terdapat
makanan. Dengan terpaksa, Vian melahap perlahan gigitan demi gigitan hingga
dirinya berusaha menelan makanan yang penuh dimulutnya.
“Oiya, nanti malam kit ke mall yuk. Udah lama kita ga
refreshing” Ajak Cakra sembari menuang saus ke baksonya.
“Setuju!!” teriak Vian yang baru selesai menelan makanannya.
“Kalian pergi aja. Aku lagi males..”
Sejurus Cakra dan Vian melirik pada Shilla.
“Shill. Kamu selalu aja nolak kalau aku ngajak keluar. Ini
udah kesekian kalinya, sejak setahun, kamu keluar malem sama aku dan Vian itu
bisa dihitung jari lho” Cakra terlihat sedikit kecewa karena Shilla menolak
pergi.
“Yah, lo ga seru Shill. Masa gue pergi bareng Cakra terus
sih. Yang pacaran itu lo apa gue sih?” Tanya Vian yang juga agak kesal dengan
penolakan Shilla.
“Kalian semua ngertiin aku dikit dong. Lagian kita tiap hari
ketemu di sekolah. Ga ketemu dimalam hari, bukan masalah kan??” Shilla pun
berhenti makan dan meletakan sendoknya ke mangkuk.
“Maaf Shill. Kamu jangan marah ya. Oke, kalau kita ga pergi
malam ini” Cakra pun memelankan suaranya ketika Shilla mulai terganggu dengan
uccpan Cakra dan Vian.
“Lo tuh harusnya bangga punya cowo yang maklum jungkir balik
sama lo” Ucap Vian sewot dan memilih untuk beranjak pergi dari meja tersebut.
“Vi.. Vian..” Shilla memanggil Vian untuk kembali. Dirinya
sadar kalau sudah mengecewakan Vian. Vian memilih tidak mendengar panggilan
Shilla.
Tiba – tiba saja, Adit muncul didepan Vian dengan tatapan
sadis, kesal dan marah.
“Adit...?”
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar