When you want something, all the Universe conspires in helping you to achieve it - Paulo Coelho, The Alchemist

Minggu, 23 September 2012

Cerita Bersambung : Shilla In Past Part 1


“Ice Cream In Love” Judul sebuah buku yang sedang dibaca Shilla. Lembaran demi lembaran dibaca hingga lembaran terakhir. Butuh sehari saja bagi Kashilla untuk menyelesaikan buku pemberian seseorang yang sangat berarti baginya. Bukit belakang sekolah yang menemani setiap detik dan menit dalam menyelesaikan halaman per halaman dari novel tersebut.
Seseorang datang menghampirinya. –Cakra, Pacar Kashilla- Cakra memberi secangkir ice cream cup pada Kashilla.
“Ice Cream buat kamu” Kashilla menutup kembali novel tersebut dan menerima ice cream dari Cakra.
“Makasih ya” Ucap Kashilla.
“Kamu bosen ga sama ice cream yang aku kasih ke kamu?” Tanya Cakra sembari menikmati ice cream miliknya.
“Aku akan suka dengan apa yang kamu suka, Cak” Jawab Shilla tersenyum segaris.
“Kalau gitu, kamu tau ga kenapa aku suka banget sama Ice Cream? Dan kenapa, aku suka ngasih kamu ice cream??”
Shilla terdiam sejenak. Tidak berusaha berpikir keras, Shilla pun
menggeleng kepala tanda tidak tahu maksud dari Cakra. Dengan penuh perasaan, Cakra meraih tangan Shilla dan mendekatkan tangan Shilla ke bahunya.
“Ice Cream itu dingin. Menenangkan kita sewaktu panas, amarah dan emosi. Ice Cream itu manis, membuat pahit dalam perjalanan kasih kita hilang dan berubah jadi indah. Aku janji, akan selalu ngasih kamu Ice Cream” Cakra menjelaskan satu per satu kata membentuk kalimat yang ada dihatinya. Tulus menyayangi Shilla dan bersedia menemani Shilla selamanya.
Shilla hanya tersenyum tanpa ekspresi yang terlalu over mendengar penjelasan Cakra.
“Aku juga akan makan Ice Cream dari kamu, dan selalu membaca novel ini berulang – ulang” Ucap Shilla sembari menunjuk novel yang sedaritadi digenggamnya.

###

Shilla terlihat berlari kencang melewati satu per satu lorong sekolah untuk sampai dikelasnya. Ketika terlihat papan nama bertuliskan ‘XI IS-2’ yang tergantung diatas pintu kelas, Shilla semakin mempercepat langkahnya hingga berhenti tepat didepan pintu kelasnya.
Seseorang yang juga terjebak dalam keburu – buruan tanpa sengaja menabrak Shilla yang tiba – tiba berhenti mendadak. Adit, Namanya. Layaknya langit dan bumi yang tak pernah bersatu, setiap pertemuan mereka diawali dan diakhir pertengkaran.

“Kashilla!! Ngapain sih lo berhenti disini mendadak!! Pak Andri udah mau datang!” Bentak Adit keras dan geram dengan Shilla.
“Dodol banget lo! Pak Adit-nya udah didalam. Makanya gue berhenti disini!” Shilla pun menarik telinga Adit dengan sengaja.
Adit tampak tidak menerima dan menginjak kaki Shilla dengan kuat. Berakibat Shilla berteriak dan membuat Pak Andri, guru yang ditakuti seluruh SMA Karya Bangsa keluar dari ruangan kelas.
Sebuah kibasan rotan berbunyi keras di dinding pintu. Adit dan Shilla pun kaget dan saling tuduh – tuduhan.
“Ini salah Adit pak! Dia itu ga ngasih saya masuk” Tuduh Shilla.
“Apaan? Engga pak. Shilla bohong. Dia itu yang ga ngasih saya masuk. Dia ngajak saya cabut dan bilang pelajaran bapak itu membosankan” Adit malah balik menuduh Shilla.
“Saya tidak mau tau. Telat satu menit, silahkan ambil dua ember air buat masing – masing dari kalian di wastafel wc belakang. Kemudian berdiri didepan tiang bendera dengan kaki kanan diangkat hingga pelajaran saya berakhir. Sekarang!!!”
Adit dan Shilla masih saja saling tuduh menuduh. Tetapi tak ada seorang pun dari mereka yang berani untuk melakukan protes. Dengan terpaksa mereka menjalankan apa yang diperintahkan Pak Andri.
###
Suasana lapangan yang cukup terik dengan waktu pukul 11.45 saat ini membuat keringat terus bercucuran. Hanya ada beberapa siswa yang sedang berlalu lalang pada saat jam pelajaran menjelang makan siang tersebut. Shilla dan Adit cukup penurut ketika harus berdiri mengangkat dua ember air dengan kaki kanan diangkat. Sering kali mereka meletakan kembali kaki mereka untuk mergangkan otot – oto yang terasa kaku.

“Aduhh! Lama banget sih 15 menit!” Gerutu Shilla yang sudah tidak sabar menyelesaikan hukuman yang di beri Pak Andri.
Adit hanya melirik sinis pada Shilla yang menurutnya radio rusak. Sepanjang hukuman hanya Shilla yang terus mengomel tak keruan.
“Lo itu ribut banget sih. Udah laper, masih aja ngomong ga penting” Cibir Adit.
“Semua gara – gara lo tau ga! Kalau engga, sekarang gue lagi ngikutin pelajaran Geografi dan menunggu jam makan siang!” Balas Shilla yang lagi – lagi menyalahkan Adit.
“Kalau mau santai dikelas, datangnya jangan telat. Udah tau bel istirahat udah bunyi, masih aja ga mau masuk kelas!” Ucap Adit.
“He! Kalau ngomong biasa aja. Lo sendiri aja ga masuk kelas. Jelas – jelas udah bel bunyi masuk. Jadi cowo ga usah gengsi. Bawa cermin, kalau perlu biar gue yang beliin buat lo! Buat ngaca!” Balas Shilla dengan wajah masam dengan keringat yang bercucuran.
Adit tidak menggubris Shilla lagi kali ini. Dirinya meletakan kedua ember ditanah lapangan basket yang berada tepat didekat tiang Bender. Terlihat Adit tengah merogoh sesuatu disaku celananya.
Tiba – tiba saja, Adit menyeka wajah Shilla yang bercucuran dengan sapu tanga yang ada disaku celananya.
“Cewe itu ga boleh kena panas. Setau gue, kulit cewe itu sensitif banget. Apalagi kena panas”
Shilla tersontak kaget dan perlahan melirik Adit yang menurutnya agak lebay kali ini. Kelakuan Adit yang membuat Shilla agak males langsung saja menyiram air yang ada didalam ember yang sedang dipegang Shilla ke badan Adit. Bukan satu ember, tapi dua ember sekaligus.
Tanpa berkata apapun, Adit menjatuhkan sapu tangan yang digunakannya. Kesal karena diguyur air, senang karena dirinya adem. Membuat Adit speechless.
“L.. Lo...”
Shilla pun tertawa puas dan tanpa henti. Hingga suara berdehem dari seseorang yang terdengar. Buru – buru Shilla mengambil kedua ember yang berisi air milik Adit dan meengangkat kaki kanannya.
“Itu.. ember..”
“Aditya! Saya sedang menghukum kamu! Kenapa kamu malah mengguyur badang kamu dengan air itu!!” Teriakan nyaring Pak Andri membuat Adit semakin kesal.
“Pak.. itu.. ember saya itu..”
“Iya Pak, Adit itu tadi main – main air. Malah dia mau nyiram saya juga pake air saya” Shilla menahan tawa penuh kemenangan karena sudah menukar embernya yang kosong air dengan ember Adit yang masih penuh dengan air.
“Kashilla, kamu sudah bisa bebas dari hukuman. Dan kamu Aditya, kamu akan disini sampai jam pulang sekolah!” Imbuh Pak Andri yang kemudian berlalu pergi untuk makan siangnya.
“Tunggu aja pembalasan gue!” Ancam Adit dengan penuh dendam.
Shilla masih saja tertawa hingga memegang perutnya untuk menahan sakit. Tanpa sengaja dirinya menginjak sapu tangan Adit yang ada ditanah lapangan. Sedikit tertunduk Shilla melihat kebawah dan meraih sapu tangan Adit.
“Gue masih berperasaan, jadi gue akan cuci sapu tangan ini” Shilla pun mengambil sapu tangan Adit kemudian menjulurkan lidahnya pada Adit dan berlari pergi keluar dari lapangan.
“Perhatian salah, ga perhatian salah. Awas aja Vian. Ngasih gue ide tolol gini. Harusnya gue ga percaya sama Vianika yang jelas – jelas sahabatnya dan sekomplotannya Kashillas” Ucap Adit tampak kesal dan kepanasan. Sesekali dirinya menyeka wajahnya dengan lengan baju seragam putihnya.
Usut punya usut, Aditya ingin hidup damai tanpa bermusuhan dengan siapapun di sekolah ini. Pasalnya, dari awal masuk SMA hingga duduk dikelas 2, dirinya selalu bermusuhan dan ribu dengan orang – orang yang baru dikenalnya. Tapi, keributan yang dibuat Adit selalu berujung persahabatan. Dengan karakter yang hobi ngajak ribut, ternyata Adit seorang pria yang friendly.
Keinginannya ingin berbaikan dengan Kashilla sangatlah susah. Mereka bagai anjing dan kucing yang disatukan dalam kandang XI-2 Ilmu Sosial.
###
Dikanting sekolah penuh dengan siswa – siswi yang tengah berburu makan siang. Termasuk didalamnya, Shila, Vianika dan juga Cakra. Vianika adalah sahabat Shilla dari SD kelas 5. Sosok yang cerewet, baik tomboy dan suka ceplas ceplos kalau ngomong sudah seperti lem dan perangko yang saling berkaitan dengan amplop surat. Sementara, Cakra adalah kekasih dari Shilla.
Kita sedikit bercerita dulu tentang hubungan Cakra dan Shilla. Mereka sudah menjalin hubungan sekitar 1 tahun lebih. Pada saat itu, Cakra yang duduk dikelas satu tingkat lebih tinggi dari Shilla dan Vianika yang juga kebetulan panitia Ospek minta maaf pada mereka berdua karena sudah jahil pada masa orientasi tersebut. Perlahan hubungan persahabatan mereka bertiga berubah jadi kisah cinta Shilla dan Cakra.
Di bukit belakang sekolah, tempat yang suka didatangi Shilla menjadi saksi cinta mereka. Cakra menyatakan cintanya pada malam hari yang dingin dengan kembang api yang indah membentuk tulisan bunga api ‘Love Shilla’ membuat Shilla kagum dan menerima pernyataan cinta Cakra.
Itulah beberapa cerita masa lalu mereka. Hingga saat ini, mereka belum pernah bertengkar karena hal sekecil apapun.
Kembali ke kantin yang riuh. Cakra membawa talenan yang berisi tiga mangkuk bakso yang masih panas dan mengambil tempat duduk dipojok kantin. Shilla dan Vian sudah menunggu disana.
“Thanks Cakra” Ucap Vian yang mengusap kedua tangannya dan menikmati aroma bakso yang sudah mengejek perutnya yang sedang lapar. Dengan semangat Vian menyantap bakso tersebut.
Pikiran Cakra pun terbesit keinginan untuk jail. Diambilnya bakso dari mangkuknya kemudian menyodor paksa ke mulut Vian yang masih terdapat makanan. Dengan terpaksa, Vian melahap perlahan gigitan demi gigitan hingga dirinya berusaha menelan makanan yang penuh dimulutnya.
“Oiya, nanti malam kit ke mall yuk. Udah lama kita ga refreshing” Ajak Cakra sembari menuang saus ke baksonya.
“Setuju!!” teriak Vian yang baru selesai menelan makanannya.
“Kalian pergi aja. Aku lagi males..”
Sejurus Cakra dan Vian melirik pada Shilla.
“Shill. Kamu selalu aja nolak kalau aku ngajak keluar. Ini udah kesekian kalinya, sejak setahun, kamu keluar malem sama aku dan Vian itu bisa dihitung jari lho” Cakra terlihat sedikit kecewa karena Shilla menolak pergi.
“Yah, lo ga seru Shill. Masa gue pergi bareng Cakra terus sih. Yang pacaran itu lo apa gue sih?” Tanya Vian yang juga agak kesal dengan penolakan Shilla.
“Kalian semua ngertiin aku dikit dong. Lagian kita tiap hari ketemu di sekolah. Ga ketemu dimalam hari, bukan masalah kan??” Shilla pun berhenti makan dan meletakan sendoknya ke mangkuk.
“Maaf Shill. Kamu jangan marah ya. Oke, kalau kita ga pergi malam ini” Cakra pun memelankan suaranya ketika Shilla mulai terganggu dengan uccpan Cakra dan Vian.
“Lo tuh harusnya bangga punya cowo yang maklum jungkir balik sama lo” Ucap Vian sewot dan memilih untuk beranjak pergi dari meja tersebut.
“Vi.. Vian..” Shilla memanggil Vian untuk kembali. Dirinya sadar kalau sudah mengecewakan Vian. Vian memilih tidak mendengar panggilan Shilla.
Tiba – tiba saja, Adit muncul didepan Vian dengan tatapan sadis, kesal dan marah.
“Adit...?”

Bersambung...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar