When you want something, all the Universe conspires in helping you to achieve it - Paulo Coelho, The Alchemist

Minggu, 01 Januari 2017

Manusia Ibarat Kepiting

Berbicara mengenai sifat-sifat manusia sungguh ajaib. Dan melalui lingkungan, kita bisa belajar banyak tetang sifat-sifat manusia yang ajaib.

Kemarin sore kebetulan saya mendengar satu siaran radio. Ada satu cerita menarik dari siaran radio. Saya persingkat saja tetang apa yang di ceritakan di radio itu.

Melalui siaran itu, sifat manusia diibaratkan sama seperti kepiting.
Suatu kali di pantai,seperti biasanya, para nelayan menangkap kepiting untuk menyambung hidup. Hidup kepiting di tentukan oleh nelayan. Ketika nelayan selesai dengan tangkapannya, hal pertama adalah kepiting-kepiting yang ditangkap akan menjadi santapan makan keluarga nelayan di hari itu.

Kemudian untuk sebagian kepiting akan di jual untuk menyambung hidup nelayan. Sesuatu yang unik terjadi. Semua kepiting-kepiting yang di tangkap oleh nelayan di letakan di sebuah baskom berisi air tanpa di beri penutup.
Mengapa itu terjadi? Apakah nelayan tidak takut jika tangkapannya akan lari dari baskom?

Bersahabat dengan Yang Beda Agama

Hidup beraneka ragam itu indah. Tapi justru karena beraneka ragam, sering muncul perdebatan hingga kerusuhan. Sebut saja Agama. Jika kita membahas agama hanya ada dua perkara. Jika tidak ada sikap toleransi, maka yang muncul adalah ketidakpuasan yang bisa menyebabkan kerusuhan.

Terkadang yang sering saya pertanyakan adalah, apakah harus kita membicarakan agama kita yang paling benar di dalam sebuah persahabatan.
Saya sering kali tersinggung ketika itu terjadi. Dalam pertemanan, saya berusaha untuk tidak mengungkit soal perbedaan agama. Karena menurut saya, setiap manusia memiliki pandangan berbeda tentang agamanya.

Tetapi saya juga tidak bisa menutup mulut teman-teman yang membahas soal agama. Semisal mengajak saya untuk ikut beribadah ke rumah ibadahnya. Itu tidak menjadi masalah untuk saya. Ketika mereka terus-terusan meminta saya, walau tetap saja saya menolak dengan halus.

Yang membuat saya tersinggung adalah kalimat ajaib yang entah belajar dari sekolah mana. "Orang bijak pandai memilih mana yang terbaik." Atau "Gak apa2 kalau tidak ke rumah ibadah agamaku. Tapi jika suatu saat anda meninggal atau anda dalam kesusahan, jangan salahkan saya tidak mengingatkan."
Wah, saya yakin jika anda di posisi saya, entah harus mengatakan apa pada sahabat anda.
Kata-kata itu seolah berkesan, saya tidak bijak dengan pilihan agama saya sekarang. Ataupun jika saya kesusahan itu tidak akan menjadi masalah anda. tapi itu masalah saya sendiri. Jadi anda tidak perlu merasa di salahkan nantinya.

Saya sangat menghargai persahabatan ini. 

Saya yakin, semua orang yang belajar agama, pasti di ajarkan saling menghormati dan tidak menjudge agama orang lain dengan kata-kata bijak anda. Tunjukanlah kalau kita ini orang yang beragama.