When you want something, all the Universe conspires in helping you to achieve it - Paulo Coelho, The Alchemist

Minggu, 04 Oktober 2015

Androphobia, Ulasan Sebuah Novel Ullan Pralihanta

    Sudah hampir 2 tahun lamanya, novel yang satu ini tersimpan rapih di lemari kumpulan novel. Awal membeli novel karya Ullan Pralihanta ini karena judulnya yang unik, cover yang bagus dan pastinya sinopsis yang menarik untuk di baca. Sempat disayangkan, saya terlalu memilih-milih waktu untuk membaca novel yang satu ini.

      Akhirnya di awal weekend Oktober 2015, saya teringat dengan novel yang satu ini. Butuh waktu kurang dari satu malam, saya menyelesaikan novel ini. Menurut saya, ini adalah salah satu novel terbaik yang pernah saya baca.

Sebelum lebih lanjut berkomentar tentang novel ini, saya ingin berbagi sedikit mengenai cerita di dalamnya. Cerita berawal dari seorang wanita bernama Gadis. Gadis menderita androphobia akut akibat trauma masa kecilnya. Papa tirinya sendiri mencuri keperawanannya hingga membuat Gadis membenci seluruh laki-laki. Gadis selalu berhalusinasi dan delusi yang hebat ketika bertemu dengan laki-laki, oleh sebab itu Gadis memilih menjauhi semua lelaki yang ada di depannya.
Hanya Mami, Yasmin adik tirinya dan Melisa sahabatnya yang dipercaya untuk dekat dengannya. Di kampus Gadis dikenal manusia aneh dan gila. Gadis pernah mengamuk di kelas hanya karena dosennya adalah seorang lelaki.

Karena rasa takut yang berlebih dengan semua laki-laki, Gadis di cap seorang lesbi dan membuat Melisa yang awalnya berpikiran positif pada Gadis pun memilih menyudahi persahabatan mereka ketika Gadis melakukan hal yang sudah kelewatan pada dirinya hanya karena halusinasi dan delusinya yang kambuh. Mendapat hidupnya sudah tidak berguna, Gadis memilih untuk mengakhiri hidupnya.

Semua berubah ketika Robin, seorang idola di kampus yang berhasil menutupi kakinya yang pincang datang pada Gadis. Robin memberi arti pada hidup Gadis. Hingga akhirnya Robin, Melisa dan Yasmin bersatu membawa Gadis untuk keluar dari penyakit yang di deritanya bertahun lamanya.

Dari sisi cerita, tentu saja novel ini memiliki ending yang mudah di tebak. Tetapi cara bercerita penulis dari sudut pandang ke-aku-an membuat pembaca ikut merasakan bagaimana menderitanya seorang androphobia seperti Gadis. Kisah persahabatan Gadis dan Melisa yang apik serta perjuangan Robin, lelaki yang memiliki masa lalu yang sama seperti Gadis, terluka oleh masa lalu dengan kejadian yang berbeda sungguh tidak mudah. Sebagai pembaca, juga dapat mengetahui bagaimana dan apa itu penyakit androphobia dan bagaimana cara menghadapi penyakit tersebut. 

Novel yang di bungkus dengan romantika percintaan anak muda ini bagus dan di sarankan untuk membeli dan membacanya. Banyak pesan yang terkandung di dalamnya.

1 komentar: