Daun Yang Jatuh Tak
Pernah Membenci Angin, karya Tere-Liye. Judul buku yang baru saja selesai saya
baca. Tidak lengkap rasanya kalau sudah membaca novel bagus, namun tidak
berbagi pendapat. Jujur saja, novel yang satu ini sudah sering saya lihat di
rak-rak toko buku Gramedia setiap kali berkunjung. Mungkin belum waktunya, maka
saya tidak pernah berniat untuk meraih buku yang satu ini dari rak kemudian
membayarnya di kasir.
Seperti sudah jadi
trend membeli sesuatu secara online. Dan untuk kedua kalinya saya online di
website Gramedia. Kali ini novel Tere-Liye menjadi pilihan. Seperti biasa, saya
akan cerita sedikit tentang isi novel ini.
Tania, seorang gadis
kecil usia sebelas tahun sudah hidup susah bersama ibu dan adiknya ketika sang
ayah meninggal 3 tahun lalu. Mungkin ini adalah jalan hidupnya. Di temukan oleh
seorang pemuda yang berusia puluhan tahun di atasnya. Pria muda bernama Danar
ini pertama kali bertemu Tania dan Dede, adiknya di bus ketika kedua anak kecil
ini tengah ngamen. Seolah malaikat yang di kirim oleh Tuhan, Danar seorang
pekerja kantoran membiayai sekolah Tania dan Dede. Kemudian memberi bantuan
untuk menyewa kontrakan untuk tinggal lebih nyaman daripada rumah dari kardus
dekat pohon Linden.
Bukan hanya itu, Danar
juga banyak mengajari apa itu kehidupan, memberitahu bagaimana daun tidak
pernah membenci angin yang membawanya jatuh dan pergi ketika Tania dan Dede harus
kehilangan ibunya untuk selamanya. Tania tumbuh menjadi remaja dan gadis
cantik, pintar dan banyak dikagumi. Setidaknya itulah keinginan Danar, malaikat
dalam hidup Tania.
Setelah beranjak
dewasa, Tania mulai mengetahui benar, bahwa perasaan kagum dan sukanya pada
sosok Danar tidak hanya sebatas adik kepada kakak. Melainkan lebih. Itu adalah
perasaan cinta. Ya, selama bertahun lamanya, Tania menyimpan semua sendiri dan
hanya sahabat satu sekolah dan satu tempat tinggal di Singapura yang menjadi
tempat berbaginya. Hingga ketika dirinya mendapat kabar bahwa Danar akan
menikah dengan Ratna, wanita yang selalu merebut posisi Tania sejak kecil, itu
menurut Tania.
Tetapi semua mulai
berubah. Tania berusaha untuk keluar dari perasaannya. Berusaha untuk
menyembuhkan luka. Dirinya berusaha berdamai dengan perasaan sukanya dengan
Danar. Waktu berhasil membuat Tania mengubur semua rasanya. Walau itu membuat
sikap dan kesehariannya berubah paradoks. Tania juga berusaha berdamai dengan
Ratna, wanita yang selama ini di anggapnya sebagai saingan, walau Ratna selalu
menganggap Tania adalah adik dan sahabat.
Ketika Tania mencapai
semuanya. Pendidikan dan pekerjaan yang bagus, dirinya mendapat email dari
Ratna. Melalui email-email itulah satu per satu kepingan teka-teki muncul. Apa,
mengapa dan bagaimana semua terkuak satu persatu.
Yang membuat novel ini
patut di baca adalah cara menceritakannya. Tokoh Tania bercerita mengenai
hidupnya, kisahnya dari sudut pandang ke-aku-an. Dan point of view seperti
membuat kita sebagai pembaca merasa seolah mengalami apa yang terjadi di novel.
Kemudian untuk alur
yang di pakai adalah alur flashback yang cukup apik. Dimana rentetan waktu yang
sebenarnya adalah saat Tania berdiri selama satu jam lebih di toko buku di
kotanya bergumul dengan perasaannya dan memutar ulang semua jejak memori mulai
dari Tania kecil hingga semua pencapaiannya.
Novel ini adalah salah
satu novel terbaik yang pernah say abaca sampai saat ini. Saya akan kembali
bercerita pada novel berjudul ‘Pulang’ yang saya pesan bersama novel Tere-Liye
ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar